Wednesday, August 10, 2016

Nikah Muda

##
Post kali ini ditulis sama suami gue.. Sebenernya nih artikel diikutin lomba, tapi ga menang.. Jadi boleh lah ya gue post artikel si misua di blog gue? 😉
Sekalian biar kawula muda sedikit belajar tentang pernikahan..
##

Perkenalkan gue seorang ayah sekaligus seorang suami yang lahir tigapuluh satu tahun lalu, gue lahir di kota kecil yang tentram dan asri, selayaknya anak kecil normal gue punya banyak cita-cita, dari tahun ketahun cita-cita gue berubah-ubah sampai suatu masa ketika gue sudah beranjak ABG, gue punya cita-cita yang sampai saat ini gue sesali kenapa gue pernah punya cita-cita seperti itu, ya cita-cita gue itu adalah NIKAH MUDA, what ? ya lho gak salah baca kok, karena gue lahir di keluarga yang kulturnya masih tradisional maka saban hari gue dijejali dengan mitos dan doktrin yang bersifat tradisional salah satunya klo nikah muda itu enak, karena dengan nikah muda maka jarak umur gue dan anak gak terlalu jauh, salah satu doktrin favorit gue waktu itu adalah  “ mending cepet-cepet nikah daripada ntar zina, ntar malah hamil duluan “ setiap ngebayangin nikah pikiran gue langsung ingat “ malam pertama” dan setiap gue ingat itu jakun gue selalu naik turun sambil ngebayangin tamara blezensky.

Semakin gue beranjak dewasa dan tentu saja bacaan gue juga mengalami perubahan yang dulunya suka baca novel Fredy S kemudian berubah jadi suka baca artikel tentang cinta, kesehatan, gadget maka ada hal yang berubah dari diri gue, dulu yang semasa ABG gue begitu pengen nikah muda maka saat gue sudah menikah malah menyesal punya cita-cita itu, kenapa? ya karena gue mulai tau bahwa resiko nikah muda terlalu banyak mudaratnya dibanding happy nya, klo dulu gue ngebayangin sebuah pernikahan yang penuh bunga dan lantunan lagu india yang akan membuat kita selalu menari kala susah dan senang tapi saat gue sudah menikah malah kadang dalam taman bunga tersebut bukan cuman ada bunga tapi ada juga eek sapi yg bisa terinjak kapan saja.

Sebelum terlalu jauh bercerita tentang nikah muda ada baiknya gue jabarin dulu criteria dewasa, kalo menurut hukum positif di Indonesia yaitu undang-undang tentang Perkawina Nomor 1 tahun 1974 wanita boleh menikah saat berumur 16 tahun sedangkan laki-laki 19 tahun. Jadi dengan umur segitu kalian sudah dianggap dewasa oleh undang-undang, tapi apakah benar umur segitu kalian sudah dewasa dalam berpikir? Umur 16 (wanita) adalah saat kalian masih minta tolong mama buatin nasi goreng sedangkan umur 19 (laki-laki) adalah masa kalian mengalamin transisi dalam pola pikir, dari abg menjadi dewasa, ingat masih masa transisi bukan sudah dewasa.

Nikah itu bukan cuman tentang malam pertama tapi apa yang harus dijalani setelah malam pertama itu yang lebih penting, ada pepatah bilang “ saat pacaran cinta itu buta maka saat menikah cinta akan melihat lagi”, saat menikah kalian akan menghadapi gejolak yang selama ini gak terlihat, layaknya fenomena gunung es, hal yang belum keliatan saat pacaran maka akan terlihat saat pacaran, ada hal-hal yang mungkin kalian bisa terima tapi tentu ada hal-hal yang juga kalian tidak bisa terima, disinilah butuh suatu kedewasaan bersikap bukan cuman dewasa yang ditentukan oleh umur, kalian harus bisa mengelola konflik yg terjadi dalam diri, konflik yg terjadi antar pasangan dan konflik antar anggota keluarga lainnya.
Kalian boleh ngeles “ ah umur segitu gue sudah dewasa kok” iyaa itu pengakuan kalian, tapi fakta nya perceraian paling banyak terjadi adalah pernikahan yang terjadi di usia muda yaitu dibawah 19 tahun (data dari BKKBN), tapi orang tua gue langgeng aja kok walau mereka nikah muda ? iya itu ortu kalian, bukan kalian. Orang tua kita jaman dulu mengalami percepatan pendewasaan diri secara psikologis, kok bsa? Orang dulu sedari kecil mereka sdh diperhadapkan dengan kondisi yg menuntut mereka dewasa, contohnya ibu gue yg lima bersodara karena dia yang paling besar otomatis dia ikut ngasuh adik-adiknya selain itu dia harus ikut membantu ortu numbuk padi (jaman dulu beras mahal jadi terpaksa ditumbuk sendiri biar lbh murah) selepas itu baru bisa bermain selayaknya kalian sekarang, bandingin dengan sekarang ? boro-boro bantu ngajak adik bermain n numbuk beras, disuruh ortu beli garam di warung depan rumah aja pasti ogah karena sibuk main pokemon go.
Pernah ada pasangan yang sudah lama menikah tapi hampir cerai cuman gara-gara sambel, what? Sambel? Iya sambel.. jadi gini ibu yanto (bukan nama sebenarnya) masak sambel untuk pak yanto, nah kebetulan resep sambel ini dari ibu mertua bu yanto, saat makan pak yanto nyeletuk “ sambelnya kok gak kayak masakan mama”, karena merasa sudah susah masakin buat suami tapi dicela dengan emosi bu yanto jawab “ suruh aja mamamu yang masakin “ , pak yanto tersinggung karena mamanya pak yanto sudah lama meninggal, yang akhirnya berujung pada pertengkaran hebat. Cerita ini bukan fiktif tapi emg pernah terjadi, dari cerita diatas gue cuman mau ngasi tau kalian dalam rumah tangga kadang hal yang kecil bisa menjadi konflik yang besar ketika kita salah dalam bersikap, belum bijak dan dewasa dalam berpikir.

Nah itu dari segi psikologis, trus gimana dari segi kesehatan? organ reproduksi pada umur 16 tahun belum matang secara sempurna, menurut Dr. Yunita Indiarti, SpOG(K), subbagian sipatologi departemen Obsteri dan Ginekologi FK-UI bahwa berdasarkan data 13 pusat patologi anatomi di Indonesia, kanker leher rahim memiliki jumlah tertinggi dari seluruh kanker, baik yang menyerang laki-laki maupun perempuan, sekitar 27% atau 36% dari seluruh kanker pada perempuan.

Menikah bukan tentang siapa yang lebih dulu tapi tentang siapa yg bertahan lebih lama dan bahagia, dijaman yang sudah maju di internet banyak bertebaran artikel tentang pernikahan, artikel tentang bagaimana membangun diri menjadi berkualitas dengan begitu kalian akan menjadi siap untuk menikah. Kita dipersatukan oleh cinta tapi pernikahan dipertahankan oleh kualitas diri kalian dalam berinteraksi dengan pasangan.